Sabtu, 13 Oktober 2012

BUDAYA MELEK SAINS DAN RISET



Pada tanggal 10 oktober 2012 ada sebuah acara di Wisma Proklamasi jam 17.00 WIB. Acaranya tentang Budaya Melek Sains dan Riset dengan pembicara Tjia May On selaku Guru Besar ITB (Institut Teknologi Bandung) bidang Riset dan Teknologi.
Isi dari acara itu yaitu tentang penalaran riset dan pentingnya riset bagi suatu Negara atau yang lebih khusus yaitu mahasiswa. Pembicara berkata bahwa mahasiswa itu harus melakukan sebuah riset yang dapat bermanfaat bagi orang banyak. Riset yang dimaksud yaitu riset yang dapat dengan mudah diterima oleh banyak orang dan dapat dibuktikan dengan panca indera manusia. Riset tersebut bisa dibidang teknologi, kemanusiaan bahkan bisa juga dibidang ilmu pengetahuan.
Tjia May On mengajak kepada khususnya para audien yang ada di ruangan tersebut untuk dapat bersama-sama menyadarkan kepada orang banyak tentang pentingnya riset dan sains. Riset dan sains menurutnya sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa Negara karena riset dan sains dapat membangun bahkan mengharumkan nama suatu Negara dimata dunia. Riset dan sains ini bukan hanya berguna dari segi moral tapi juga dari segi material. Banyak Negara-negara di dunia yang menjadi Negara maju karena riset dan sains yang dilakukan oleh Negara tersebut, contohnya Korea Utara yang terkenal dengan Nuklirnya, Jerman dan Jepang yang terkenal dengan teknologinya yang sangat maju.
Setelah presentasi selesai maka dilanjutkan dengan Tanya jawab. Yang membuat saya gerah dan panas padahal ruangan menggunakan AC yaitu ketika ada seorang audien yang bertanya apakah riset dan agama itu dapat bergabung? Dan dia juga memberikan pernyataan kepada pembicara bahwa riset itu tidak dapat bersatu dengan agama dan tidak ada suatu riset yang bersumber dari agama. Audien itu berpendapat bahwa apabila Allah (dalam agama Kristen) benar ada maka buktikan secara ilmiah bahwa Allah (dalam Agama Kristen) benar-benar ada. Bila tidak dapat dibuktikan maka riset dan sains itu memang tidak ada hubungannya dengan agama.
Pembicara menjawab pertanyaannya dengan singkat yaitu agama itu memiliki batas pertanyaan tetapi riset dan sains tidak pernah ada batasannya untuk mengajukan pertanyaan.
Saya tidak berpendapat sama dengan si audien yang bertanya itu, pendapat saya ialah bahwa sains dan riset itu berawal dari suatu pernyataan yang ada diagama. Yang membuat saya garah dan panas ialah saya belum dapat mengajukan pertanyaan dan pendapat saya tentang itu karena melihat dari ilmu saya yang masih kurang dan saya juga belum bisa menjadi orang yang pandai dalam berdebat.
Karena tidak adanya akhir dari diskusi tersebut maka akhirnya pembawa acara menghentikannya secara terhormat dan menutup acara diskusi tersebut dan berjanji akan melanjutkan acara diskusi tersebut pada hari dan waktu yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar