Pada
tanggal 10 oktober 2012 ada sebuah acara di Wisma Proklamasi jam 17.00 WIB.
Acaranya tentang Budaya Melek Sains dan Riset dengan pembicara Tjia May On
selaku Guru Besar ITB (Institut Teknologi Bandung) bidang Riset dan Teknologi.
Isi dari
acara itu yaitu tentang penalaran riset dan pentingnya riset bagi suatu Negara
atau yang lebih khusus yaitu mahasiswa. Pembicara berkata bahwa mahasiswa itu
harus melakukan sebuah riset yang dapat bermanfaat bagi orang banyak. Riset yang
dimaksud yaitu riset yang dapat dengan mudah diterima oleh banyak orang dan
dapat dibuktikan dengan panca indera manusia. Riset tersebut bisa dibidang
teknologi, kemanusiaan bahkan bisa juga dibidang ilmu pengetahuan.
Tjia May On
mengajak kepada khususnya para audien yang ada di ruangan tersebut untuk dapat
bersama-sama menyadarkan kepada orang banyak tentang pentingnya riset dan
sains. Riset dan sains menurutnya sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa
Negara karena riset dan sains dapat membangun bahkan mengharumkan nama suatu
Negara dimata dunia. Riset dan sains ini bukan hanya berguna dari segi moral
tapi juga dari segi material. Banyak Negara-negara di dunia yang menjadi Negara
maju karena riset dan sains yang dilakukan oleh Negara tersebut, contohnya
Korea Utara yang terkenal dengan Nuklirnya, Jerman dan Jepang yang terkenal
dengan teknologinya yang sangat maju.
Setelah
presentasi selesai maka dilanjutkan dengan Tanya jawab. Yang membuat saya gerah
dan panas padahal ruangan menggunakan AC yaitu ketika ada seorang audien yang
bertanya apakah riset dan agama itu dapat bergabung? Dan dia juga memberikan
pernyataan kepada pembicara bahwa riset itu tidak dapat bersatu dengan agama
dan tidak ada suatu riset yang bersumber dari agama. Audien itu berpendapat bahwa
apabila Allah (dalam agama Kristen) benar ada maka buktikan secara ilmiah bahwa
Allah (dalam Agama Kristen) benar-benar ada. Bila tidak dapat dibuktikan maka
riset dan sains itu memang tidak ada hubungannya dengan agama.
Pembicara
menjawab pertanyaannya dengan singkat yaitu agama itu memiliki batas pertanyaan
tetapi riset dan sains tidak pernah ada batasannya untuk mengajukan pertanyaan.
Saya tidak
berpendapat sama dengan si audien yang bertanya itu, pendapat saya ialah bahwa
sains dan riset itu berawal dari suatu pernyataan yang ada diagama. Yang
membuat saya garah dan panas ialah saya belum dapat mengajukan pertanyaan dan
pendapat saya tentang itu karena melihat dari ilmu saya yang masih kurang dan
saya juga belum bisa menjadi orang yang pandai dalam berdebat.
Karena
tidak adanya akhir dari diskusi tersebut maka akhirnya pembawa acara
menghentikannya secara terhormat dan menutup acara diskusi tersebut dan
berjanji akan melanjutkan acara diskusi tersebut pada hari dan waktu yang
berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar