Sabtu, 22 September 2012

9 MATAHARI

RESUME BUKU
9 MATAHARI
Karya Adenita

Kuliah, Anugerah, Rupiah
Pernah menghitung uang kuliah dari awal sampai lulus? Punya buku khusus pengeluaran selama kuliah? Atau, barang kali ada orang tua yang punya? Biasanya teman-teman yang aku beri pertanyaan seperti itu telihat kebingungan. “untuk apa menghitung sampai akhir? Yang pasti jumlahnya banyak.” Kata salah seorang temanku. Ada juga temanku yang menjawab, “paling sekitar 60-80 jutaan!” kalmat dengan akhiran –an dan “paling” didepannya, menandakan bahwa jumlah uang sebesar itu bukan masalah besar baginya dan orang tuanya.
Yang aku tau hanya ada dua sistem pembayaran kuliah, berdasarkan SKS atau semester.
            Perhitungan pertama: uang masuk kuliah + uang pengembangan + uang SKS.
            Perhitungan kedua: uang masuk + uang pengembangan + uang per semester.
Besar biaya perguruan tinggi juga berbeda-beda, tergantung program yang diambil. Untuk S-1, apakah yang diambil adalah program reguler atau ekstensi. Atau, malah program internasional. Belum jurusan atau bidang ilmu yang dipilih. Makin favorit jurusanya, biaya masuknya pun semakin tinggi. Apalagi kalau jurusan yang dipilih ada di kampus unggulan. Tentu uang semesternya berbeda, sama halnya dengan uang pengembangan yang dipungut sesuai kemampuan mahasiswa.
Jalur masuknya juga beragam. Mulai jalur ujian masuk perguruan tinggi negeri (UMPTN), jalur khusus, PMDK, atau penelusuran bibit unggul. Jalur UMPTN adalah jalur yang paling umum dan cukup aman karena biaya kulianya tidak terlalu menguras kantong. PMDK dan penelusuran bibit unggul adalah jalur untuk orang-orang pilihan. Mereka pasti punya prestasi yang istimewa. Soal biaya, tidak berbeda jauh dengan jalur UMPTN, masih terbilang normal. Tapi untuk jalur khusus, memang khusus dalam artian sebenarnya. Selain pintar, mereka juga biasanya berasal dari kalangan yang berada. Pesaingnya juga tidak sebanyak jalur umum karena biayanya bisa berlipat-lipat dari biaya normal yang ada di sebuah perguruan tinggi. Katanya biaya masuknya berkisar 40-60 juta rupiah. Wooow, fantastis! Jumlah itu sama dengan biaya kuliahku sampai tamat, tentu saja kita baru bicara soal perguruan tinggi negeri. Sekarang coba saja bayangkan biaya masuk ke universitas swasta, apalagi universitas swasta ternama!
Sejujurnya aku tidak punya cukup informasi tentang semua itu. mataku mulai terbuka tentang perguruan tinggi setelah masuk dan mengenal dunia kampus. Padahal seharusnya aku tau semua itu sejak SMA. Yang aku tau untuk masuk perguruan tinggi negeri ya harus lolos UMPTN. Itu saja. Inilah ruginya menjadi orang miskin informasi. Mungkin dulu aku selalu berharap informasi yang datang kepadaku, bukan aku yang mencarinya. Satu pelajaran penting bagiku: kurang informasi, dunia menjadi sempit. Tapi, aku akan memperbaikinya. Aku sudah bertekad untuk membuat diriku berdekatan dengan informasi apa pun. Oh ya, sampaimana tadi? Biaya masuk kuliah. . . . . . hmmm ya, sekarang aku hendak mencoba menghitung berapa rupiah yang aku butuhkan sampai lulus kuliah nanti.
Aku adalah mahasiswi perguruan tinggi negeri yang memilih program ekstensi. Biayanya dua kali lipat dari program reguler. Biaya SKS-nya juga lebih tinggi 50 persen dari biaya program reguler.jika tidak punya hutang, munhkin aku juga tidak akan terlalu memperhatikan detail biaya yang dibutuhkan untuk kuliah seperti kebanyakan teman-temanku yang lain. Tinggal tunggu transfer dari orang tua, didistribusikan, dan hidup normal layaknya mahasiswa. Belajar, bersosialisasi, dan hanya fokus belajar. Sayang, kondisinya berbeda. Jadi, aku mulai belajar untuk mengelola uangku—maaf maksudnya utang. Karena aku membayar dengan sistem SKS, maka aku coba menghitung dengan pola yang pertama. Aku masuk pada tahun ajaran 2001. Uang masuk kuliah ku yang sudah termasuk pengembangan adalah Rp6.500.000,00. Bobot SKS yang harus aku ambil sampai lulus adalah 149 SKS dengan biaya Rp45.000,00 per SKS. Jadi, jumlahnya adalah uang yang harus kusediakan untuk membayar 149 SKS adalah Rp6.705.000,00. Total aku harus menyediakan uang sebesar Rp13.205.000,00. Oh yang ada yang tertinggal, pembayaran wisuda Rp550.000,00 jadi, jumlah-jumleh ... grand totalnya Rp13.755.000,00. Tiba-tiba kepalaku pusing . . . kampus lain berapa ya? Apakah ada yang lebih murah lagi, atau malah jauh lebih tinggi.
Oke ... kembali lagi pada perhitungan tadi. Aku mencoba menjumlahkan semuanya: uang kos + uang makan + transpor + biaya komunikasi. Angka perhitungan yang keluar adalah sebagai berikut: Rp150.000,00 + Rp360.000,00 + Rp150.000,00 + Rp50.000,00 = Rp710.000,00. Angka itu mesti dikalikan 12 bulan, lalu dikalikan 4 tahun. Jadi, biaya hidup yang aku perlukan selama kuliah adalah sekitar 34 juta rupiah. Jumlah itu belum ditambah biaya operasional untuk mengerjakan tugas atau makalah. Dalam sebuah perhitungan anggaran, selalu dicantumkan biaya lain-lain sebagai biaya untuk sesuatu yang tak terduga. Termasuk, untuk semacam keperluan emergency, seperti sakit atau hal lainnya. Tapi aku berusaha untuk tidak memasukan biaya itu karena takut angkanya akan semakin membesar.
Ketika itu aku merasa baru saja terkena tipuan iklan. KULIAH UNTUK MASA DEPAN HANYA 13 JUTA RUPIAH, tapi ada tanda bintang diatasnya. Dibawahnya tertera huruf kecil-kecil yang berbunyi: belum termasuk biaya operasional. Yang setelah dihitung, biaya operasional itu jadi jauh lebih mahal dari harga kuliah itu sendiri.
Ada bagian dari hatiku yang menertawakan keras ketakutan-ketakutan ini, membodoh-bodohi tindakanku. Menjadikan impian ku untuk menjadi sarjana sebagai terdakwa atas masalah pelik yang aku hadapi. Aku lama terdiam. Mengajak hatiku untuk berdialog. Sampai kemudian telingaku menagkap sesuatu yang penuh gelora. Radio .... penyiar di ujung sana tadi bicara apa?
“orang hebat adalah orang yang bisa bersalaman dengan kesulitan. Jadi kalau kamu semua lagi punya kesulitan, hadapi! Jangan takut...... ibaratnya gini loh, kamu sudah memutuskan untuk menceburkan diri ke sungai maka pilihannya adalah terus berenang untuk sampai ketepian dan meraih semuanya. Menyerah bukan pilihan untuk hidup. Karena menyerah Cuma akan membuat kamu tenggelam di tengah sungai dan mati tanpa diketahui orang.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar