RESUME BUKU
9
MATAHARI
Karya Adenita
Kuliah,
Anugerah, Rupiah
Pernah
menghitung uang kuliah dari awal sampai lulus? Punya buku khusus pengeluaran
selama kuliah? Atau, barang kali ada orang tua yang punya? Biasanya teman-teman
yang aku beri pertanyaan seperti itu telihat kebingungan. “untuk apa menghitung
sampai akhir? Yang pasti jumlahnya banyak.” Kata salah seorang temanku. Ada
juga temanku yang menjawab, “paling sekitar 60-80 jutaan!” kalmat dengan
akhiran –an dan “paling” didepannya, menandakan bahwa jumlah uang sebesar itu
bukan masalah besar baginya dan orang tuanya.
Yang
aku tau hanya ada dua sistem pembayaran kuliah, berdasarkan SKS atau semester.
Perhitungan
pertama: uang masuk kuliah + uang pengembangan + uang SKS.
Perhitungan
kedua: uang masuk + uang pengembangan + uang per semester.
Besar
biaya perguruan tinggi juga berbeda-beda, tergantung program yang diambil.
Untuk S-1, apakah yang diambil adalah program reguler atau ekstensi. Atau,
malah program internasional. Belum jurusan atau bidang ilmu yang dipilih. Makin
favorit jurusanya, biaya masuknya pun semakin tinggi. Apalagi kalau jurusan
yang dipilih ada di kampus unggulan. Tentu uang semesternya berbeda, sama
halnya dengan uang pengembangan yang dipungut sesuai kemampuan mahasiswa.
Jalur
masuknya juga beragam. Mulai jalur ujian masuk perguruan tinggi negeri (UMPTN),
jalur khusus, PMDK, atau penelusuran bibit unggul. Jalur UMPTN adalah jalur
yang paling umum dan cukup aman karena biaya kulianya tidak terlalu menguras
kantong. PMDK dan penelusuran bibit unggul adalah jalur untuk orang-orang
pilihan. Mereka pasti punya prestasi yang istimewa. Soal biaya, tidak berbeda
jauh dengan jalur UMPTN, masih terbilang normal. Tapi untuk jalur khusus,
memang khusus dalam artian sebenarnya. Selain pintar, mereka juga biasanya
berasal dari kalangan yang berada. Pesaingnya juga tidak sebanyak jalur umum
karena biayanya bisa berlipat-lipat dari biaya normal yang ada di sebuah
perguruan tinggi. Katanya biaya masuknya berkisar 40-60 juta rupiah. Wooow,
fantastis! Jumlah itu sama dengan biaya kuliahku sampai tamat, tentu saja kita
baru bicara soal perguruan tinggi negeri. Sekarang coba saja bayangkan biaya
masuk ke universitas swasta, apalagi universitas swasta ternama!
Sejujurnya
aku tidak punya cukup informasi tentang semua itu. mataku mulai terbuka tentang
perguruan tinggi setelah masuk dan mengenal dunia kampus. Padahal seharusnya
aku tau semua itu sejak SMA. Yang aku tau untuk masuk perguruan tinggi negeri
ya harus lolos UMPTN. Itu saja. Inilah ruginya menjadi orang miskin informasi.
Mungkin dulu aku selalu berharap informasi yang datang kepadaku, bukan aku yang
mencarinya. Satu pelajaran penting bagiku: kurang informasi, dunia menjadi
sempit. Tapi, aku akan memperbaikinya. Aku sudah bertekad untuk membuat diriku
berdekatan dengan informasi apa pun. Oh ya, sampaimana tadi? Biaya masuk
kuliah. . . . . . hmmm ya, sekarang aku hendak mencoba menghitung berapa rupiah
yang aku butuhkan sampai lulus kuliah nanti.
Aku
adalah mahasiswi perguruan tinggi negeri yang memilih program ekstensi.
Biayanya dua kali lipat dari program reguler. Biaya SKS-nya juga lebih tinggi
50 persen dari biaya program reguler.jika tidak punya hutang, munhkin aku juga
tidak akan terlalu memperhatikan detail biaya yang dibutuhkan untuk kuliah seperti
kebanyakan teman-temanku yang lain. Tinggal tunggu transfer dari orang tua,
didistribusikan, dan hidup normal layaknya mahasiswa. Belajar, bersosialisasi,
dan hanya fokus belajar. Sayang, kondisinya berbeda. Jadi, aku mulai belajar
untuk mengelola uangku—maaf maksudnya utang. Karena aku membayar dengan sistem
SKS, maka aku coba menghitung dengan pola yang pertama. Aku masuk pada tahun
ajaran 2001. Uang masuk kuliah ku yang sudah termasuk pengembangan adalah
Rp6.500.000,00. Bobot SKS yang harus aku ambil sampai lulus adalah 149 SKS
dengan biaya Rp45.000,00 per SKS. Jadi, jumlahnya adalah uang yang harus
kusediakan untuk membayar 149 SKS adalah Rp6.705.000,00. Total aku harus
menyediakan uang sebesar Rp13.205.000,00. Oh yang ada yang tertinggal, pembayaran
wisuda Rp550.000,00 jadi, jumlah-jumleh ... grand
totalnya Rp13.755.000,00. Tiba-tiba kepalaku pusing . . . kampus lain berapa
ya? Apakah ada yang lebih murah lagi, atau malah jauh lebih tinggi.
Oke
... kembali lagi pada perhitungan tadi. Aku mencoba menjumlahkan semuanya: uang
kos + uang makan + transpor + biaya komunikasi. Angka perhitungan yang keluar
adalah sebagai berikut: Rp150.000,00 + Rp360.000,00 + Rp150.000,00 +
Rp50.000,00 = Rp710.000,00. Angka itu mesti dikalikan 12 bulan, lalu dikalikan
4 tahun. Jadi, biaya hidup yang aku perlukan selama kuliah adalah sekitar 34
juta rupiah. Jumlah itu belum ditambah biaya operasional untuk mengerjakan
tugas atau makalah. Dalam sebuah perhitungan anggaran, selalu dicantumkan biaya
lain-lain sebagai biaya untuk sesuatu yang tak terduga. Termasuk, untuk semacam
keperluan emergency, seperti sakit
atau hal lainnya. Tapi aku berusaha untuk tidak memasukan biaya itu karena
takut angkanya akan semakin membesar.
Ketika
itu aku merasa baru saja terkena tipuan iklan. KULIAH UNTUK MASA DEPAN HANYA 13
JUTA RUPIAH, tapi ada tanda bintang diatasnya. Dibawahnya tertera huruf
kecil-kecil yang berbunyi: belum termasuk biaya operasional. Yang setelah
dihitung, biaya operasional itu jadi jauh lebih mahal dari harga kuliah itu
sendiri.
Ada
bagian dari hatiku yang menertawakan keras ketakutan-ketakutan ini,
membodoh-bodohi tindakanku. Menjadikan impian ku untuk menjadi sarjana sebagai
terdakwa atas masalah pelik yang aku hadapi. Aku lama terdiam. Mengajak hatiku
untuk berdialog. Sampai kemudian telingaku menagkap sesuatu yang penuh gelora.
Radio .... penyiar di ujung sana tadi bicara apa?
“orang hebat adalah orang yang bisa
bersalaman dengan kesulitan. Jadi kalau kamu semua lagi punya kesulitan,
hadapi! Jangan takut...... ibaratnya gini loh, kamu sudah memutuskan untuk
menceburkan diri ke sungai maka pilihannya adalah terus berenang untuk sampai
ketepian dan meraih semuanya. Menyerah bukan pilihan untuk hidup. Karena
menyerah Cuma akan membuat kamu tenggelam di tengah sungai dan mati tanpa
diketahui orang.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar